Selasa, 14 April 2009

KIAMAT KECIL 1

KIAMAT KECIL

Pengertian Kiamat Kecil
Kiamat Kecil adalah maut. Setiap orang yang mati, berarti telah terjadilah kiamatnya dan telah datanglah ajalnya. Dalam Shohih Bukhori dan Shohih Muslim dari Aisyah r.a. dikatakan bahwa beberapa orang badui datang kepada Nabi S.A.W. untuk bertanya tentang hari kiamat. Lalu beliau melihat orang yang terkecil di antara mereka dan bersabda, “Seandainya ia ini berumur panjang, ia tidak mendapatkan masa tuanya sampai kiamat kalian terjadi.”

Dalam kitab an-Nihayah jilid I hal. 24 Ibnu Katsir berkata,”Maksud hadits di atas adalah berakhirnya umur mereka dan saat mereka masuk kea lam akhirat. Jadi setiap yang meninggal berarti ia masuk ke dalam hokum akhirat. Sebagian orang berkata, ‘Siapa yang meninggal berate kiamatnya telah terjadi.’ Perkataan dengan makna seperti ini adalah benar.”
Kiamat kecil juga disebut sebagai al-ma’ad al-awwal (tempat kembali pertama) dan barzakh. Ibnu Qayyim dalam “ar-Ruh” hal.103 berkata, “Maut itu kebangkitan dan tempat kembali (ma’ad) pertama. Allah membuat dua tempat kembali bagi anak cucu Adam dan dua kebangkitan, yang pada keduanya Allah membalas orang yang berbuat kejahatan dengan kejahatan yang setimpal dan membalas orang yang berbuat kebaikan dengan kebaikan yang lebih besar. Jadi, kebangkitan pertama adalah berpisahnya roh dengan badan dan kembalinya ia ke tempat pembalasan pertama.”

Barzakh
Dalam bahasa Arab , barzakh berarti penghalang antara dua benda, Allah berfirman, “Dan Ia membuat penghalang di antara keduanya.” (Q.S.al-Furqan : 53).
Adapun menurut syari’at, barzakh berarti tempat yang berada di antara maut dan kebangkitan. Allah berfirman, “Dan dihadapan mereka ada dinding (barzakh) samapi mereka dibangkitkan.” (Q.S.al-Mu’minun :100).
Ibnu Qayyim berkata, “Azab dan nikmat kubur berarti azab dan nikmat barzakh, yakni alam antara dunia dan akhirat. Penghuni barzakh berada di tepi dunia (dibelakangnya) dan akhirat (di depannya).

Maut
Dalam kitab Lisan al-‘Arab jilid I hal.547 dikatakan, bahwa makna dasar maut dalam bahasa Arab adalah diam. Jadi, setiap yang diam berarti telah mati. Menurut orang Arab, maut dapat berarti padam, diam, dan tenang. Maut adalah sesuatu yang tidak memiliki roh.
Jika diam (tenang) adalah makna asal maut secara bahasa, maka gerak adalah makna asala kehidupan. Al-Qurthubi dalam atTadzkirah fi Ahwal al-Mawta wa Umur al-Akhirah, hal.4, mengatakan, “Kehidupan manusia timbul pada saat roh ditiupkan pada jasad janin dalam rahim ibunya. Sedangkan maut adalah terputusnya hubungan dan terpisahnya roh dengan badan, juga bermakna bergantinya keadaan, dan berpindah dari tempat yang satu ke tempat lain.”

Wafat Besar dan Wafat Kecil
Tidur mirip dengan mati. Karena itu, para ulama menamakan tidur dengan wafat kecil. Tidur adalah wafat, sedangkan bangun tidur adalah kebangkitan. Allah befirman, “Dan Dia-lah yang mewafatkan kalian pada malam hari dan mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudia Ia membangunkan kalian padanya (siang itu).” (Q.S.al-An’am :60).
Pada saat tidur, roh manusia digenggam. Siapa yang dikehendaki Allah SWT rohnya ditahan saat ia tidur, Ia akan menahannya. Bilamana Allah SWT berkehendak agar roh itu tetap dalam jasad, Ia akan mengembalikannya ke jasad sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh-Nya. Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat 42, “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya, dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya, dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” Jadi, Allah menyebut dua jenis wafat: wafat karena maut dan wafat karena tidur. Allah juga menyebutkan bahwa (mengenai jiwa yang wafat karena tidur) ada jiwa yang ditahan karena diwafatkan dan ada yang dilepaskan untuk terus hidup sampai ajal/batas waktunya tiba.
Maut pasti menjemput manusia dan jin. Dalam hadits shohih dari Ibnu Abbas r.a. diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku berlindung dengan keagungan-Mu yang tiada Tuhan kecuali Engkau yang tidak mati, sedangkan manusia dan jin semuanya mati.”
Dalam Shohih Muslim, bab “qadar” diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata, “Ummu Habibah, istri Nabi SAW berdo’a, ‘Ya Allah, buatlah aku merasa senang dengan memanjangkan umur suamiku Rasulullah SAW, ayahku Abu Sufyan dan saudaraku Mu’awiyah !’ Nabi SAW bersabda, “Engkau telah minta kepada Allah tentang ajal yang telah ditetapkan, hari-hari yang telah ditentukan, dan rizki yang telah dibagi. Sesuatu tidak akan dipercepat sebelum ajalnya tiba dan Allah tidak menunda sedikitpun setelah ajalnya tiba. Seandainya kau memohon kepada Allah agar melindungimu dari azab neraka dan azab kubur, maka itu lebih baik dan lebih utama.”

Waktu Maut
Manusia tidak memiliki pengetahuan mengenai kapan ajal menjemputnya, hanya melakukan perkiraan tanpa didasari suatu keyakinan, karena pengetahuan tentang hal itu hanya milik Allah semata. Pengetahuan ini merupakan salah satu kunci keghaiban yang khusus milik Allah, sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan pada sisi-Nya kunci-kunci keghaiban. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia,” (Q.S.al-An’am :59), dan dalam surat Luqman ayat 34, “Sesungguhnya Allah memiliki ilmu tentang hari kiamat. Dia-lah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidaklah seorang pun tahu apa yang akan diperbuatnya besok, dan tak seorang pun tahu di bumi mana ia akan meninggal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengawasi.”


Insya allah selanjutnya :
 Kehadiran malaikat maut ! ?
 Sakaratul maut
 Setan hadir saat sekarat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar