Minggu, 25 Oktober 2009

Dongeng Muslim

BERKAT SEDEKAH IKHLASH

Ketika seorang ibu membuka pintu rumahnya, datang menghampirinya seorang gadis dengan pakaian kumjal dan kumuh. Ibu itu tertegun, karena dibalik kekumuhan gadis itu tampak sinar kecantikan yang tersembunyi dari wajahnya.


Si ibu merasa iba, “Nak, dari manakah asalmu? “
“Saya berasal dari perkampungan yang jauh Bu.”
“Lalu kemana tujuanmu di desa ini?”
“Saya seorang gelandangan miskin. Untuk tetap hidup saya harus mengembara dari pintu ke pintu.”
Kembali si ibu menatap wajah gadis itu. Kecantikannya tak bias disembunyikan dari pakaiannya yang jelek dan kumuh.
“Pasti dia bukan berasal dari sembarangan keluarga,” piker si ibu. Dengan ramah tamah si ibu kemudian menuntun tangan kiri anak gadis itu dan diajaknya masuk ke dalam rumah. Gadis itu diberi pakaian yang bagus dan indah, sekarang makin kentara kecantikannya yang asli.
“Kau pasti bukan anak seorang miskin,” ujar si ibu.
“Dahulu, ayah saya memang kaya raya. Ayah saya masih tergolong dari kalangan bangsawan. Namun kemiskinan menimpa kami sehingga saya menjadi gelandangan.”
“Sudahlah, jangan kau ratapi nasibmu. Maukah kau kuambil menantu?”
“Saya Bu?”
“Ya, kau…kujodohkan dengan anakku yang tampan.”
“Mana saya berani, saya tak pantas Bu…”
“Sudah jangan berkata seperti itu. Jangan merendahkan dirimu kepada sesame manusia.”
“Ba…baiklah Bu. Saya terima…” “Nah begitu anak manis …!
Demikianlah gadis itu kemudian oleh si ibu diterima tinggal di rumahnya. Bahkan diambil menantu, dikawinkan dengan anak lelakinya.
Pada hari yang ditentukan dilangsungkanlah pesta pernikahan gadis itu dengan si ibu pemilik rumah.
Ketika malam pengantin, duduklah dua sejoli itu di pelaminan. Di depan mereka tersdia bermcam-macam jamuan makanan. Dengan tangan kirinya pengantin perempuan itu mengambil sepotong kue dan dimasukkan ke mulutnya. Berkali-kali dilakukannya dengan menggunakan tangan kiri.
Melihat hal itu, timbullah perasaan malu suaminya.
“Istriku, gunakanlah tangan kananmu agar terlihat sopan,” kata sang suami mengingatkan.
Namuan, meskipun sudah diperingatkan, pengantin perempuan itu masih saja menggunakan tangan kirinya setiap mengambil makanan. Karena merasa kesal dan malu, suaminya menggerutu dan menghardik;
“Dasar perempuan miskin yang tak memiliki sopan santun!” ucap lelaki itu gusar. Mendengar umpatan suaminya, perempuan itu diam menunduk, raut wajahnya nampak sedih. Sebenarnya apakah yang membuat permpuan itu jika mengambil makanan dengan menggunakan tangan kiri? Ternyata dia tidak memiliki tangan kanan. Dan hal itu tak diketahui oleh suaminya.
Namun di saat genting itu tiba-tiba terdengar bisikan lembut di telinga pengantin

Perempuan itu; “ Keluarkanlah tangan kananmu
Hai umat-Ku ! Engkau telah bersedekah roti kepada-Ku dengan tangan kananmu itu. Maka sudah sepantasnya Aku menggantinya kembali.”
Atas izin Allah, saat tiu terjulurlah tangan kanan pengantin perempuan itu, utuh seperi dulu yang peranah dimilikinya. Perempuan itu sendiri juga terkejut dengan
apa yang telah terjadi atas dirinya, kemudian dengan tangan kanannya ia mengambil makanan menemani suaminya makan jamuan malam.
Sebenarnya gadis itu adalah seorang putrid bangsawan yang sangat kaya raya, parasnya cantik, baik pula budi pekertinya. Gadis itu sangat mengasihi sesamanya, berjiwa social dan dermawan. Suatu sat di tanah bangsa Isra’il terjadi musibah kelaparan dan kemiskinan. Rakyat yang miskin berkelana mencari sesuap nasi dengan jalan meminta-minta belas kasihan mereka, orang-orang kaya.
Pada suatu hari datang seorang meminta-minta ke rumah gadis itu. “Berilah aku sedekah dengan sepotong roti, tuan putrid,” kata peminta-minta itu dengan memelas.
Melihat keadaan peminta sedekah sudah renta, gadis itu segera keluar dengan membawa sepotong roti di tangan kanannya. Diberikannya roti itu kepada orang tua renta peminta-minta itu.
“Terimalah sedekahku ini, pak tua,” ujar gadis itu dengan sopan. Namun, ayahnya yang kikir dan bengis itu marah ketika melihat anak gadisnya memberi sepotong roti kepada seorang peminta-minta. Ditampar anak gadisnya, dan roti itu dicampakkan. Tidak hanya samapai di situ, tangan kanan anak gadisnya yang dipergunakan menyerahkan roti itu ditebasnya dengan sebilah pedang.
“Kau terlalu lancing, anakku !. Dan itulah sebagai hukumanmu!” teriak ayah gadis itu dengan bengis.
Waktu pun berjalan, nasib orang bagaikan sebuah roda. Kadang di atas dan kadang pula di bawah. Bangsawan yang semula hidup kaya raya itu berubah menjadi jatuh miskin. Allah telah merubah nasib bangsawan itu karena sifta kikir dan ketidakmanusiawiannya. Harta kekayaannya musnah, hidupnya sengsara, dan akhirnya ia meninggal dalam kemelaratan.
Tinggallah anak gadisnya yang terlantar, mengembara hingga sampai di rumah wanita yang kemudian mengambilnya sebagai menantu itu.
Allah telah mengembalikan tangan kanan si gadis itu, yang pernah digunakan untuk memberi sedekah kepada sesamanya.
T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar